إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ
نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ
كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً
سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ
هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ
مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ
ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Kaum muslimin, rahimakumullah
Islam adalah agama wahyu. Maksudnya, semua ajarannya
bersumber dari Alquran dan sunah yang merupakan wahyu. Allah menurunkannya
kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melalui
Malaikat Jibril.
Alquran yang diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Kalamullah, bukan perkataan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, ketika orang kafir menentang Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam agar mendatangkan Alquran selain yang sudah ada tersebut, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bisa melakukannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya mengikuti wahyu yang diturunkan kepadanya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
Alquran yang diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Kalamullah, bukan perkataan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, ketika orang kafir menentang Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam agar mendatangkan Alquran selain yang sudah ada tersebut, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bisa melakukannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya mengikuti wahyu yang diturunkan kepadanya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
قُلْ مَايَكُونُ لِي أَنْ أُبَدِّلَهُ مِن تِلْقَآءِ نَفْسِي إِنْ
أَتَّبِعُ إِلاَّ مَايُوحَى إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ
يَوْمٍ عَظِيمٍ
Katakanlah:
“Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak
mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika
mendurhakai Rabbku kepada siksa hari yang besar (kiamat)”. (QS Yunus: 15)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menegaskan bahwa Muhammad itu
manusia biasa yang menerima wahyu dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا بَشَرٌ مِّثْلَكُمْ يُوحَى إِلَىَّ أَنَّمَآ
إِلاَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ
Katakanlah:
“Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku:”Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa.” (QS.
Al-Kahfi: 110)
Ketika orang-orang
kafir tetap menuduh bahwa Alquran itu buah karya Rasulullah, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menentang mereka untuk membuat karya
semisal Alquran, namun mereka tidak bisa melakukannya sama sekali.
Ayat-ayat di atas
menunjukkan bahwa Alquran yang merupakan sumber ajaran Islam adalah wahyu dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Selain Alquran, sumber lain yang juga merupakan wahyu ialah sunah; yang
diberikan kepada Rasul-Nya. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
لَقَدْ مَنَّ اللهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ
رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ
وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَّفِي
ضَلاَلٍ مُّبِينٍ
“Sungguh Allah
telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di
antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan
kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan
Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS.
Ali-Imran: 164)
Yang dimaksud
dengan al-hikmah adalah sunah
Kaum muslimin rahimakumullah
Di depan sudah
disampaikan, Islam adalah agama wahyu, maka kewajiban kita sebagai kaum
muslimin adalah melaksanakannya semampu kita sesuai dengan panduan wahyu yang diturunkan
Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut. Ketika beribadah, kita
beribadah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
bukan dengan cara-cara baru yang kita rasa baik. Karena perasaan bukan landasan
agama, apalagi perasaan masing-masing orang itu berbeda-beda. Ibnu Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan,
namun dia tidak dapat meraihnya.”
Itulah kewajiban
pertama kita terkait keberadaan Islam sebagai agama wahyu. Dan itu juga merupakan
salah satu syarat diterimanya ibadah yang dilakukan oleh seseorang; tanpa itu,
tertolak sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam ;
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌ
“Barangsiapa
melakukan satu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami maka itu tertolak.”
(HR. Muslim).
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ
الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
Khutbah
Kedua:
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهُ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Kaum muslimin rahimakumullah
Kewajiban kedua
yang juga merupakan syarat diterima amal ibadah kita adalah ikhlas karena AllahSubhanahu
wa Ta’ala.
وَمَآ أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْااللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ
الدِّيْنَ حُنَفَآءَ وَيُقِيْمُوْا الصَّلَوةَ وَيُؤْتُوْا الزَّكَوةَ وَذَلِكَ
دِيْنُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka
tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan
kepada-Nya dalam(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS.
Al-Bayyinah: 5)
Kaum muslimin rahimakumullah,
Ikhlas adalah
amalan hati, bukan amalan lisan. Ikhlas tidak perlu disampaikan kepada orang
lain. Dan keikhlasan seseorang dalam beramal pasti diketahui oleh Allah,
meskipun orang tersebut tidak mengucapkannya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui niat yang terpendam
dalam hati seseorang.
Ikhlas ini, wahai
saudara-saudaraku, meski singkat dan mudah dilafalkan, akan tetapi sangat susah
direalisasikan. Perhatikanlah perkataan Imam ats-Tsauri rahimahullah yang
menjelaskan betapa susahnya menjaga niat ini. Beliau rahimahullah mengatakan,
“Saya tidak pernah mengobati sesuatu yang lebih susah bagi saya melebihi
susahnya saya mengobati niat”.
Ini perkataan
seorang Ulama yang tidak diragukan keshalihannya, lalu bagaimana dengan orang
seperti kita di tengah banyaknya gempuran godaan dunia?! Hendaklah kita terus
mengintrospeksi diri kita dan terus memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar kita dijadikan termasuk para
hamba yang ikhlas.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Keikhlasan
seseorang dalam beramal mempunyai efek yang luar biasa terhadap nilai amalan
yang dilakukannya, jika ibadah yang dilakukannya itu untuk mencari dunia, maka
sebatas itu yang didapatkan: sementara di akhirat ia tidak akan mendapatkan apa
pun.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ
إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَيُبْخَسُونَ أُوْلَئِكَ
الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي اْلأَخِرَةِ إِلاَّ النَّارَ وَحَبِطَ مَاصَنَعُوا
فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّاكَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa
menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia
itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat,
kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud: 15-16).
Dengan keikhlasan,
amalan yang ringan menjadi besar ganjarannya, bahkan dengan niat yang ikhlas,
seseorang bisa mendapatkan pahala, meskipun dia belum sempat beramal karena
terhalang oleh udzur. Simaklah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجَعَ مِنْ غَزْوَةِ تَبُوْك فَدَنَا مِنَ
المَدِيْنَةِ فَقَالَ ( إِنَّ بِالمَدِيْنَةِ أَقْوَامًا مَا سِرْتُمْ مَسِيْرًا
وَلَا قَطَعْتُمْ وَادِيًا إِلَّا كَانُوْا مَعَكُمْ ). قَالُوْا يَا رَسُوْلَ
اللهِ وَهُمْ بِالمَدِيْنَةِ؟ قَالَ ( وَهُمْ بِالمَدِيْنَةِ حَبَسَهُمْ العُذْرُ
)
Dari Anas bin Malik
bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam ketika
kembali dari perang Tabuk dan mendekat ke Madinah, beliau bersabda,
“Sesungguhnya di kota Madinah terdapat beberapa kaum yang tidaklah kalian
menempuh satu perjalanan atau menyebrangi lembah kecuali mereka senantiasa
bersama kalian (dalam pahala)”, Para shahabat bertanya (keheranan) “Wahai
Rasulullah, padahal mereka berada di kota Madinah,” Rasulullah menjawab, “Ya,
padahal mereka berada di kota Madinah, mereka tertahan oleh udzur (HR.
al-Bukhari)
Ibnul-Mubarak rahimahullah
mengatakan bahwa betapa banyak amalan yang kecil namun menjadi besar pahalanya
disebabkan oleh niat, dan betapa banyak amalan yang besar namun karena niat
juga ganjarannya menjadi sedikit.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Demikianlah hal
kedua yang perlu kita perhatikan agar amal ibadah yang dilakukan dalam
keislaman kita menjadi bermanfaat. Pertama, melaksanakannya sesuai dengan
tuntutan wahyu; dan yang kedua ikhlas, hanya mengharap balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا
بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا
وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ
وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ
اْلعَالمَِينَ
Sumber : Majalah
As-sunah Edisi 07/ThnXVII/Dzulhijjah 1434H-Muharram 1435/November 2013
Khutbah 2
Siapapun Presidennya,
Tetap Harus Ditaati
Khutbah Pertama:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ
نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ
لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَلاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ
الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan segala sesuatu dan
mentakdirkannya, Dia menutup malam atas siang dan menutup siang atas malam,
menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang
ditentukan, ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Kaum muslimin rahimani warahimakumullah,
Alhamdulillah beberrapa waktu yang lalu tepatnya tanggal 20 oktober 2014 yang lalu kita telah
menyaksikan secara langsung melalui televisi pelantikan presiden baru kita untuk periode kedepan.
Imam Ahmad menyatakan satu kaidah terkait penyelenggaran negara,
وَالسَّمْعُ
وَالطَّاعَةُ لِلْأَئِمَّةِ وَأَمِيْرِ المُؤْمِنِيْنَ اَلْبِرُّ وَالْفَاجِرُ
وَمَنْ وَلِيُّ الخِلَافَةِ وَاجْتَمِعُ النَّاسِ عَلَيْهِ وَرَضُوْا بِهِ وَمَنْ
عَلَيْهِمْ بِالسَّيْفِ حَتَّى صَارَ خَلِيْفَةً وَسُمِّيِ أَمِيْرُ
المُؤْمِنِيْنَ
Wajib mendengar dan taat kepada pemimim kaum mukminin, dia orang
baik maupun orang fasik, atau kepada orang yang memegang tampuk khilafah, disepakati
masyarakat, dan mereka ridha kepadanya, atau kepada orang yang menguasai mereka
dengan paksa, sehingga dia menjadi khalifah dan dinobatkan sebagai kaum
muslimin (Ushul Sunah, no. 15).
وَمَنْ غَلَبَ
عَلَيْهِمْ، يَعْنِي: اَلْوَلَاةُ بِالسَّيْفِ حَتَّى صَارَ خَلِيْفَةً وَسُمِّي
أَمِيْرُ المُؤْمِنِيْنَ، فَلَا يَحِلُّ لِأَحَدٍ يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَاليَوْمِ الآخِرِ أَنْ يَبِيْتَ وَلَا يَرَاهُ إِمَاماً برَّاً كَانَ أَوْ
فَاجِراً
(wajib taat kepada) orang yang menguasai mereka dengan pedang
sehingga menjadi khalifah dan disebut amirul mukminin. Tidak halal bagi
seorangpun yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk melewati waktu
malamnya, sementara dia tidak mengetahui keberadaan pemimpin, baik dia pemimpin
yang adil ataukah pemimpin yang zalim. (Thabaqat Hanabilah, Abu Ya’la, 1/241.
Muamalah al-Hukkam, hlm. 25).
dari Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhuma, bahwa beliau mengatakan,
وَأُصَلِّيْ وَرَاءَ
مَنْ غَلَبَ
“Saya shalat di belakang pemimpin yang menang.”
Di zaman Ibnu Umar, ada dua khalifah
yang berkuasa. Abdullah bin Zubair radhiyallahu ‘anhuma dan
Abdul Malik bin Marwan. Hingga Abdul Malik mengirim pasukan untuk menyerang
wilayah Abdullah bin Zubair. Ketika itu, Ibnu Umar tidak mengambil sikap kepada siapapun. Setelah Abdul Malik menang,
beliau menyatakan akan kemenangan abdul malik
itu.
Diriwayatkan oleh Bukhari dalam shahihnya dari Abdullah bin
Dinar bahwa setelah Abdul Malik menang, beliau menulis surat kepada Abdul
Malik,
إِنِّي أُقِرُّ
بِالسَمْعِ وَالطَّاعَةِ لِعَبْدِ اللهِ؛ عَبْدِ المَلِكِ أَمِيْرُ المُؤْمِنِيْنَ،
عَلَى سُنَّةِ اللهِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِهِ مَا اسْتَطَعْتُ، وَإِنَّ بُنَيَّ قَدْ
أُقِرُّوْا بِمِثْلِ ذَلِكَ
Saya siap untuk mendengar dan taat kepada hamba Allah, Abdul
Malik, Amirul Mukminin, sesuai sunah Allah dan sunah Rasul-Nya, semampuku. Dan
keturunanku juga mengakui hal ini. (HR. Bukhari 7203).
Memahami keterangan di atas, siapapun yang terpilih sebagai
pemimpin dari proses penentuan presiden Indonesia wajib untuk kita akui
bersama, dan kita harus melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat, mendengar
dan taat sebagaimana ajaran Alquran dan sunnah, selagi tidak memerintahkan
kepada maksiat dan kehancuran.
Beliau juga mengingatkan,
عَلىَ الْمَرْءِ
الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلاَّ أَنْ
يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أَمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
“Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat (kepada
penguasa) dalam perkara yang ia senangi dan ia benci kecuali apabila diperintah
kemaksiatan. Apabila diperintah kemaksiatan maka tidak perlu mendengar dan
taat.” (HR. Bukhari 7144 & Muslim 1839)
Semoga Pemimpin kita yang sekarang ini
dapat membawa negeri kita yang tercinta ini menuju
negeri yang hebat yang selali siap melayani dan mengayomi rakyatnya.sehingga
rakyat menjadi aman, damai tenteram dan sejahtera.
Jangan lupakan untuk mendoakan kebaikan bagi kaum muslimin dan
negeri ini. Semoga Allah menjaga dan melindungi kita semua dari segala hal yang
tidak diinginkan.
Doakanlah pemimpin kita agar Allah selalu membimbing dan memberinya
taufik kepada kebaikan. Karena kebaikan yang mereka dapatkan juga akan
dirasakan oleh rakyat seluruh negeri termasuk kita sendiri.
أَقُوْلُ هَذَا
القَوْلَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ
كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ
الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الفَضْلِ وَالجُوْدِ وَالاِمْتِنَانِ , وَأَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ
محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ؛صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا . أَمَّا بَعْدُ
عِبَادَ اللهِ : اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى .
Ibadallah,
Ada sebuah prinsip yang mulia yang dijaikan sebagai acuan dalam
syariat, yaitu:
الشَّارِعُ لاَ
يَأْمُرُ إِلاَّ بِمَا مَصْلَحَتُهُ خَالِصَةٌ أَوْ رَاجِحَةٌ وَلاَ يَنْهَى
إِلاَّ عَمَّا مَفْسَدَتُهُ خَالِصَةٌ أَوْ رَاجِحَةٌ
Allah Subhanahu wa Ta’ala Dan
Rasul-Nya, Tidaklah Memerintahkan Sesuatu Kecuali Yang Murni Mendatangkan
Maslahat Atau Maslahatnya Dominan. Dan Tidaklah Melarang Sesuatu Kecuali
Perkara Yang Benar-Benar Rusak Atau Kerusakannya Dominan.
Perhatikanlah prinsip ini dengan
seksama, seluruh perintah yang terdapat dalam syariat adalah baik semuanya,
baik secara mutlak atau keseluruhan atau dominan kebaikannya. Sedangkan yang
dilarang adalah hal yang berbahaya bagi para makhluk. Allah Ta’ala,
Rabb yang menciptakan alam semesta ini mengetahui mana yang baik untuk manusia
dan mana yang buruk. Walaupun terkadang manusia lebih mengedepankan hawa
nafsunya dan mempertanyakan perintah Allah yang bersebrangan dengan pendapat
mereka, sulit diterima oleh rasio dan pemikiran mereka, serta tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip atau nilai-nilai yang telah mereka ketahui sebelumnya.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl: 90).
Karena ini merupakan takdir
Allah Ta’ala, hendaknya kita selalu berprasangka baik kepada Allah.
وَعَسَىٰ أَنْ
تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا
وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Dia juga berfirman,
مَا يُرِيدُ اللَّهُ
لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَٰكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ
نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
(QS. Al-Maidah: 6).
Sedangkan di dalam hadit, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita bahwa hubungan antara rakyat
dan pemimpin bukanlah hubungan timbale balik. Tidak menjadi syarat pemimpin
harus baik terlebih dahulu, baru rakyat taat. Tidak demikian! Rakyat tetap
diwajibkan taat walaupun pemimpinnya adalah pemimpin yang zalim. Kecuali ketika
diperintahkan untuk berbuat maksiat, maka tidak boleh menaatinya. Sabda
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّهَا سَتَكُونُ
بَعْدِى أَثَرَةٌ وَأُمُورٌ تُنْكِرُونَهَا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ
تَأْمُرُ مَنْ أَدْرَكَ مِنَّا ذَلِكَ قَالَ تُؤَدُّونَ الْحَقَّ الَّذِى
عَلَيْكُمْ وَتَسْأَلُونَ اللَّهَ الَّذِى لَكُمْ
“Sesungguhnya setelahku akan terjadi monopoli hak dan
perkara-perkara (pada penguasa-pen) yang kamu akan mengingkarinya. Para sahabat
bertanya, “Apakah yang anda perintahkan kepada orang di antara kami yang
mendapati hal itu?” Beliau menjawab, “Kamu tunaikan kewajibanmu dan kamu
meminta hakmu kepada Allah”. (Muttafaq ‘alaihi).
Demikian, walaupun pilihan Anda kalah dalam pemilu kemarin
kemudian Anda melihat kezaliman yang dilakukan oleh pemimpin terpilih, tetaplah
bersabar, jangan melakukan provokasi terlebih lagi pemberontakan. Karena yang
demikian tidaklah mendatangkan manfaat sama sekali.
Sudah terlalu banyak pelajaran, negeri-negeri yang pemimpinnya
zalim dan dictator kemudian diberontak, yang ada hanyalah kehancuran. Lihatlah
Irak, bagaiman pasca Sadam Husein atau lihatlah Libiya bagaiman keadaan engeri
tersebut pasca digulingkannya Muamar Kadafi. Kalau dahulu ketidak-amanan hanya
pada beberapa titik, namun sekarang ketidak-amanan merata di seluruh negeri
tersebut, na’udzubillah min dzalik.
Doakanlah pemimpin kita berikutnya, agar Allah selalu membimbing
dan memberinya taufik kepada kebaikan. Karena kebaikan yang mereka dapatkan
juga akan dirasakan oleh rakyat seluruh negeri termasuk kita sendiri.
إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَابَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَابَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الفَاتِحِيْنَ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الفَاتِحِيْنَ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا
محمد وعلى آله وصحبه و مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
KHUTBAH 3
Angan-angan Orang Yang
Sudah Atau Akan Meninggal Dunia
Khutbah Pertama:
إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ
اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي
تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
Pertama-tama, khatib mengajak semua
jamaah, hendaklah kita senantiasa berusaha meningkatkan ketaqwaan kita kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala disetiap waktu yang masih Allah
berikan kepada kita semua. Karena taqwa merupakan bekal terbaik kita mengahadap
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak ada seorang pun diantara
kita yang tahu, kapan dia dipanggil menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka, marilah kesempatan yang masih diberikan ini kita manfaatkan sebaik
mungkin untuk mempersiapkan bekal terbaik demi meraih kebahagiaan abadi di
akhirat.
Kaum muslimin, rahimakumullah
Kaum muslimin, rahimakumullah
Setiap manusia di dunia ini memiliki angan-angan yang ingin
direalisasikan menjadi sebuah kenyataan. Kebanyakan angan-angan itu tertuju
pada meraih jabatan tinggi, harta berlimpah, istri cantik jelita nan mempesona,
rumah luas dengan fasilitas lengkap nan mewah dan berbagai kenikmatan dunia
lainnya yang diimpikan banyak orang.
Di sisi lain, ada si miskin yang ingin menjadi kaya raya; ada si
sakit yang ingin segera sembuh dari sakitnya dan bisa kembali menikmati dunia;
dan ada si kaya yang sangat benci kemiskinan tapi terus merasa dirinya miskin,
sehingga semangatnya untuk menambah kekayaan tidak pernah rapuh.
Memang benar apa yang disabdakan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bahwa angan-angan manusia di dunia tidak akan pernah
habis sampai mereka masuk ke dalam kubur:
لَوْ أَنَّ لِابْنِ
آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ وَادِيَانِ وَلَنْ
يَمْلَأَ فَاهُ إِلَّا التُرَابُ وَيَتُوْبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ
Seandainya seseorang memiliki satu lembah emas, niscaya dia
ingin memiliki dua lembah emas lagi, dan tidak ada yang bisa memenuhi mulutnya
kecuali debu (tidak ada yang bisa menghentikan keinginannya kecuali kematian)
dan Allah menerima taubat orang yang bertaubat (HR. Bukhari)
Namun bagaimanapun angan-angan di dunia ini selama masih ada
kesempatan, maka masih bisa di usahakan dan masih ada kemungkinan menjadi
sebuah kenyataan. Yakni dengan melakukan sebab-sebab yang sudah ditetapkan oleh
Allah.
Pada kesempatan ini, khatib tak hendak mengajak jamaah sekalian
untuk memiliki angan-angan dunia yang muluk-muluk, tapi khatib hendak mengajak
agar kita merenungi angan-angan sebagian orang yang sudah tidak memiliki
kesempatan lagi untuk merealisasikannya. Angan-angan mereka sudah terputuskan
dari sebab. Mereka adalah orang yang sudah meninggal dunia.
Mungkin ada yang bertanya, apa yang menjadi angan-angan mereka?
Setelah melihat kenikmatan atau siksaan Allah Subhanahu wa Ta’ala terpampang
di mata mereka? Masihkah mereka menginginkan kenikmatan dunia yang telah banyak
menyita perhatian manusia?
Kaum muslimin, rahimakumullah
Orang-orang yang sudah meninggal dunia itu bermacam-macam, ada
yang baik dan ada pula yang buruk; ada yang shalih dan ada pula yang
sebaliknya; ada yang ditangisi kematiannya oleh manusia dan ada pula yang
diharapkan kematiannya. Masing-masing orang ini memiliki angan-angan yang
berbeda. Angan-angan mereka ini telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam juga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,
semisalnya :
Pertama; orang-orang shalih ingin segera di
bawa ke kuburannya setelah meninggalnya;
Disebutkan dalam shahih al-Bukhari dari hadits Abi Sa’id
al-Khudri radhiyallahu ‘anhu:
إذَا وُضِعَتْ الْجِنَازَةُ
فَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ
: قَدِّمُونِي قَدِّمُونِي ، وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ : يَا
وَيْلَهَا أَيْنَ يَذْهَبُونَ بِهَا ، يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلَّا
الْإِنْسَانَ وَلَوْ سَمِعَهَا الْإِنْسَانُ لَصَعِقَ
Apabila jenazah sesorang diletakkan lalu orang-orang
mengangkatnya di atas pundak-pundak mereka, maka jika orang itu baik, dia
berkata; segerakanlah aku, segerakanlah aku, sedangkan jika tidak baik, ia
berkata; celaka, hendak kemana mereka pergi? Ungkapan ini di dengar suaranya
oleh semuanya kecuali manusia, seandainya dia juga mendengar tentu pingsan.
Kedua; Orang-orang berdoa agar kiamat
dipercepat
Disebutkan dalam hadits yang panjang yang dikeluarkan imam Ahmad
dalam Musnadnya bahwa ketika seorang di dalam kubur bisa menjawab pertanyaan
dua malaikat kemudian datang kabar gembira dari AllahSubhanahu wa Ta’ala bahwa
dia termasuk penghuni surga, maka hamba tersebut memohon agar hari kiamat
dipercepat kedatangannya.
Ini adalah angan-angan orang shalih setelah melihat tempatnya di
surga, padahal hari kiamat adalah hari yang tersulit dan terberat bagi manusia.
Ini sangat berbeda dengan kaum munafik dan orang orang kafir. Mereka memohon
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar hari kiamat tidak
datang, padahal di dalam kubur mereka mendapatkan siksa yang sangat pedih.
Namun karena mereka tahu bahwa siksa di neraka itu jauh lebih menyakitkan dan
lebih pedih, sehingga mereka lebih memilih tetap disiksa di dalam kuburnya.
Kaum muslimin, rahimakumullah
Ketiga; Angan-angan orang yang mati syahid
Shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sabda beliau
berbunyi;
مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا وَلَهُ مَا عَلَى الْأَرْضِ
مِنْ شَيْءٍ إِلَّا الشَّهِيدُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا
فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنْ الْكَرَامَةِ
“Tidak ada seorangpun yang masuk surga kemudian ingin kembali ke
dunia kecuali orang yang mati syahid, dan dia tidak menginginkan apapun di
dunia kecuali mati syahid. Dia berangan-angan untuk kembali ke dunia kemudian
terbunuh sebanyak sepuluh kali, ini disebabkan oleh kemuliaan (keutamaan mati
syahid) yang dia saksikan.” (HR. Bukhori)
Inilah sebagian dari angan-angan orang yang telah melihat
kemuliaannya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’alameski ingin kembali
ke dunia, namun angan-angan mereka tidak ada hubungannya dengan dunia dan
kenikmatannya sedikitpun. Mereka ingin kembali untuk menambah amalan agar
kemuliaan mereka bertambah di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala
Kaum muslimin, rahimakumullah
Demikianlah beberapa angan-angan orang-oarng shalih yang sudah
meninggal dunia, lalu bagaimana angan-angan orang yang lalai semasa hidup
mereka di dunia? Diantara angan-angan mereka adalah:
Pertama, yaitu mengeluarkan sedekah.
Seseorang yang akan meninggal dunia berangan-angan untuk hidup
kembali dan mengeluarkan sedekah dan menjadi orang shaleh, sebagaimana
diceritakan oleh Allah dalam Alquran (yang artinya):
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا
رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ
لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ
الصَّالِحِينَ
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan
kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia
berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai
waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk
orang-orang yang shaleh?” (QS. al-Munafiqun: 10)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata “Setiap orang
yang lalai (di masa hidupnya) pasti akan menyesal di saat nyawanya akan
dicabut. Ia memohon agar umurnya di perpanjang walau hanya sesaat untuk
melaksanakan amal shaleh yang selama ini ia tinggalkan.”
Kedua, melaksanakan amal shaleh
Angan-angan terbesar orang yang sudah meninggal dunia adalah
bisa hidup kembali dan melaksanakan amal shaleh;
حَتَّى إِذَا جَآءَ
أَحَدَهُمُ الْمَوْتَ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ {99} لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا
فِيمَا تَرَكْتُ
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila
datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata:”Ya Rabbku
kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang
telah aku tinggalkan.” (QS. al-Mukminun: 99-100)
أَقُوْلُ مَا
تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
وَكَفَى وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى النَّبِيِ المُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ:
Kaum muslimin, rahimakumullah
Inilah keadaan yang dialami oleh orang-orang kuffar dan orang
yang lalai dari perintah-perintah AllahSubhanahu wa Ta’ala sewaktu
masih hidup di dunia. Saat kematian menjemput barulah ia sadar dan memohon
kepada Allah untuk di tangguhkan kematiannya walaupun hanya sesaat agar ada
kesempatan untuk beramal.
Tapi tentu, angan-angan ini tetap hanya sebatas angan-angan yang
tidak akan mungkin diwujudkan, karena Allah telah menetapkan orang yang sudah
meninggal tidak akan di kembalikan lagi ke dunia.
Maka sudah sepantasnya bagi kita yang masih berada di negeri
angan-angan untuk melaksanakan angan-angan yang berupa keinginan untuk menambah
dan memperbaiki amal, sebagai bekal untuk bertemu dengan Allah Subhanahu
wa Ta’ala
Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa memanfaatkan waktu
hidup di dunia ini untuk melaksanakan amal shaleh.
إِنَّ الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا}
وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ
أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا
فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ:
{إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَّ
أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
No comments:
Post a Comment